Saturday, April 3, 2010
Siapa yang mau Rp.100.000,- ???
Dalam sebuah seminar, seorang motivator terkenal memulai dengan mengeluarkan sehelai uang Rp.100.000,-. Ia mengangkat uang tersebut tinggi-tinggi, sambil mengajukan sebuah pertanyaan kepada lebih dari 2.000 peserta seminar. "Siapa yang menginginkan uang ini?"
Tak ayal sebagian besar peserta mengacungkan tangan.
Motivator tersebut melanjutkan kalimatnya, "Baik! Saya mungkin akan memberikan uang ini kepada salah satu diantara Anda. Tetapi sebelum itu saya akan melakukan sesuatu."
Motivator tersebut menggulung uang kertas itu. Sekali lagi ia bertanya kepada hadirin, "Siapa yang masih menginginkan uang ini?" Tak berbeda dengan sebelumnya, hampir semua peserta seminar tersebut mengacungkan tangan, pertanda mereka masih menginginkan uang itu.
Melihat respon peserta yang tidak berubah, motivator tersebut kemudian menginjak-injak uang tersebut dengan kaki kanan lalu dengan kaki kiri. Setelah uang itu menjadi kotor dan lecek, ia kembali bertanya, "Apakah masih ada yang menginginkan uang ini?"
Masih sama dengan sebelumnya, hampir semua peserta mengacungkan tangan. Kemudian dia berkata, "Saudaraku sekalian, dari peragaan tadi saya hanya ingin menunjukkan bahwa siapapun ingin memiliki uang itu. Bagaimanapun kondisi uang tersebut tidak akan menurunkan nilainya dari Rp. 100.000,-"
Lalu sang motivator merapikan uang itu dan memasukkan kembali ke dalam dompetnya. Ada seorang bapak langsung bertanya, "Katanya Anda akan memberikan uang itu kepada salah satu dari kami yang hadir di ruangan ini, kenapa Anda tidak jadi?"
Motivator itu segera menjawabnya, "Saya tadi 3 kali bertanya serta menawarkan uang tadi, tapi dari 3 kesempatan tersebut tidak ada seorang pun yang maju ke depan dan mengambilnya dari saya."
"Uang Rp.100.000,- tadi saya umpamakan sebagai kesuksesan."
"Jadi... rasa ingin atau mau saja tidak cukup, segeralah lakukan, bertindak, dan bergerak untuk kesuksesan Anda semua..."
http://haxims.blogspot.com/2010/04/siapa-yang-mau-rp100000.html
Pedang Gou Jian: Rambut Lewat Pun Terputus
21 Juli lalu, dipamerkan benda kemiliteran kuno Tiongkok yang sangat langka, dari benda-benda yang tak ternilai tersebut dipamerkan, ada pedang milik Gou Jian (baca: kou cien), Raja Yue (sekitar 500 tahun SM), buku kuno ilmu kemiliteran Sun Zi (baca: suen ce, di Indonesia terkenal dengan Sun Tzu) berasal dari makam dinasti Han di gunung Yin Que (baca: yinjue) dan lain sebagainya.
Diantaranya juga terdapat pedang raja Yue, Gou Jian dan cucu Gou Jian. Pedang yang pernah dipergunakan oleh buyutnya serta pedang dari putera mahkota Wu. Empat pedang tersohor ini untuk kali pertama dipamerkan secara bersamaan di depan umum, sebuah kejadian langka di dalam sejarah.
Pekerja dengan sangat hati-hati menempatkan pedang Gou Jian dari Raja Yue yang didatangkan dari propinsi Hubei ke Beijing, ke dalam kotak pajangan khusus. Meski telah melewati usia yang begitu panjang masih saja tajam tak tertandingi.
Pedang Gou Jian tajamnya dapat membuat “rambut lewat, terputus” milik sang raja Yue membuat orang terkagum-kagum.
Menurut cerita pekerja, pedang Gou Jian sesudah digali keluar dan di dalam sebuah eksperimen, mata pedang (blade) dalam satu kali tebas dengan mudah memotong 26 lembar tumpuk kertas.
“Sungguh-sungguh telah dicoba oleh seorang pekerja yang mengambil sehelai rambutnya dan dilepas secara alami ke atas mata pedang, rambut tersebut langsung terpotong jadi 2.”
Pedang Gou Jian milik Raja Yue memiliki panjang 55.6 cm dan lebar 4,6 cm. Pada 1965 ditemukan di gunung Jiang Ling propinsi Hubei. Pada badan pedang terdapat tekstur berbentuk rhombis, berpola blue inlay berglasur dan terdapat permata turquoise (biru hijau).
Ketika digali tertancap di dalam sarung bercat transparan dan di bagian lehernya terlilit tali sutera. Di dekat pegangannya tertera “Pedang pribadi Gou Jian – Raja Yue”. Pedang tersebut berasal dari makam (dinasti) Chu, diletakkan di sebelah kiri kerangka jenazah, sebagai pedang pribadi.
Pedang Gou Jian dewasa ini adalah pusaka milik museum propinsi Hubei. Kepala museum propinsi Hubei, Wang Hongxing berkata, “Hingga sekarang, pedang ini masih saja diselimuti banyak misteri, misalnya tentang asal usulnya, teknik pembuatannya dan lain sebagainya.”
Selain kehadiran keempat pedang ternama tersebut, ada lagi yang boleh dibilang adalah “Pistol otomatis” zaman kuno, yakni busur mekanik otomatis dari zaman Zhan Guo (403 – 221 SM).
Wang Hongxing menyatakan, petugas arkeologi membuat turunannya sesuai dengan busur aslinya dan bisa dibidikkan sejauh 20 hingga 30 langkah, sekali isi bisa dipasang dan ditembakkan 2 batang anak panah mekanik, ini di zaman kuno nyaris bagaikan “pistol otomatis”.
Selain itu, di dalam pameran kali ini juga kali pertama ditunjukkan 20 potong serpihan buku (kala itu buku belum dibuat dari kertas, melainkan dari lempengan bambu) ilmu kemiliteran Sun Zi dari makam Han di gunung Yin Que.
Sisa serpihan ilmu kemiliteran hasil karya Sun Zi yang masih eksis dan tertua ini sangat berharga, setiap serpihan masing-masing diletakkan di dalam sebuah tabung kaca transparan, sekitarnya diisi penuh dengan cairan pelindung transparan, para penonton melalui kaca masih bisa membaca aksara berwarna hitam di atas serpihan tersebut.
Diantaranya juga terdapat pedang raja Yue, Gou Jian dan cucu Gou Jian. Pedang yang pernah dipergunakan oleh buyutnya serta pedang dari putera mahkota Wu. Empat pedang tersohor ini untuk kali pertama dipamerkan secara bersamaan di depan umum, sebuah kejadian langka di dalam sejarah.
Pekerja dengan sangat hati-hati menempatkan pedang Gou Jian dari Raja Yue yang didatangkan dari propinsi Hubei ke Beijing, ke dalam kotak pajangan khusus. Meski telah melewati usia yang begitu panjang masih saja tajam tak tertandingi.
Pedang Gou Jian tajamnya dapat membuat “rambut lewat, terputus” milik sang raja Yue membuat orang terkagum-kagum.
Menurut cerita pekerja, pedang Gou Jian sesudah digali keluar dan di dalam sebuah eksperimen, mata pedang (blade) dalam satu kali tebas dengan mudah memotong 26 lembar tumpuk kertas.
“Sungguh-sungguh telah dicoba oleh seorang pekerja yang mengambil sehelai rambutnya dan dilepas secara alami ke atas mata pedang, rambut tersebut langsung terpotong jadi 2.”
Pedang Gou Jian milik Raja Yue memiliki panjang 55.6 cm dan lebar 4,6 cm. Pada 1965 ditemukan di gunung Jiang Ling propinsi Hubei. Pada badan pedang terdapat tekstur berbentuk rhombis, berpola blue inlay berglasur dan terdapat permata turquoise (biru hijau).
Ketika digali tertancap di dalam sarung bercat transparan dan di bagian lehernya terlilit tali sutera. Di dekat pegangannya tertera “Pedang pribadi Gou Jian – Raja Yue”. Pedang tersebut berasal dari makam (dinasti) Chu, diletakkan di sebelah kiri kerangka jenazah, sebagai pedang pribadi.
Pedang Gou Jian dewasa ini adalah pusaka milik museum propinsi Hubei. Kepala museum propinsi Hubei, Wang Hongxing berkata, “Hingga sekarang, pedang ini masih saja diselimuti banyak misteri, misalnya tentang asal usulnya, teknik pembuatannya dan lain sebagainya.”
Selain kehadiran keempat pedang ternama tersebut, ada lagi yang boleh dibilang adalah “Pistol otomatis” zaman kuno, yakni busur mekanik otomatis dari zaman Zhan Guo (403 – 221 SM).
Wang Hongxing menyatakan, petugas arkeologi membuat turunannya sesuai dengan busur aslinya dan bisa dibidikkan sejauh 20 hingga 30 langkah, sekali isi bisa dipasang dan ditembakkan 2 batang anak panah mekanik, ini di zaman kuno nyaris bagaikan “pistol otomatis”.
Selain itu, di dalam pameran kali ini juga kali pertama ditunjukkan 20 potong serpihan buku (kala itu buku belum dibuat dari kertas, melainkan dari lempengan bambu) ilmu kemiliteran Sun Zi dari makam Han di gunung Yin Que.
Sisa serpihan ilmu kemiliteran hasil karya Sun Zi yang masih eksis dan tertua ini sangat berharga, setiap serpihan masing-masing diletakkan di dalam sebuah tabung kaca transparan, sekitarnya diisi penuh dengan cairan pelindung transparan, para penonton melalui kaca masih bisa membaca aksara berwarna hitam di atas serpihan tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)